Senin, 28 Maret 2011

Penis Pejantan


Namaku Edi, karyawan sebuah perusahaan perhubungan yang sedang berkembang di jawa tengah. Aku memang tidak begitu tampan, bentuk tubuh biasa saja, dengan tinggi 167 cm dan berat sekitar 55 kg. Tapi aku aku punya kelebihan yang dulunya aku anggap sebagai kekurangan bahkan kegagalan dalam hidupku. Hal itu adalah PENISKU. Yap, penisku terhitung istimewa, warnanya hitam dan ukurannya sangat besar. Apabila sedang tegang, bisa diperkirakan panjangnya sekitar 25 cm bahkan bisa sampai 30 cm, dan berdiameter kira-kira 17-18 mm. Untuk ukuran lelaki indonesia,mungkin ukuran tersebut ternilang istimewa.
Kejadiannya adalah sekitar 5 tahun uang lalu ketika aku masih duduk di bangku kuliah. Akumengambil jurusan teknik komunikasi di universitas terkemuka di bandung. Aku dititpkan oleh orang tuaku pada bibiku di bandung. Aku tinggal serumah dengan mereka. Setahun kemudian bibiku  membangun sebuah garasi baru di deapan, sehinnga garasi lama tidak dipakai, dan aku gunakan saja untuk kamarku. Soalnya aku sering malu kalo serumah denagn mereka. Heni, nama bibiku dan Eantis nama pamanku. Mereka sangat baik padaku.
Aku ini memeiliki sikap pemalu, apalagi karena aku menganggap bahwa ukuran penisku yang juah lebih besar dari ukuran penis normal pada umumnya. Ketika penisku dalam keadaan normal dan tidak berdiri, lekukannya sangat menonjol karena saking besarnya. Aku suka malu karena takut orang-orang mengira akumemiliki penyakit kelamin, atau mungkin aku disangka hernia, atau apalah. Keminderan ini juga yang membuat aku ga pernah dekat dengan wanita, apalagi memacarinya.
Aku hanya bergaul dengan beberapa orang teman lelakiku saja, seperti heru, idan, dan cecep. Mereka memang baik padaku, dan ga pernah malu ataupun mempermasalahkan penisku ini. Apalagi heru, dia selalu menghiburku dengan mengatakan bahwa penisku yang ga biasa ukurannya itu adalah anugerah yang luar biasa. Soalnya para wanita suka banget sama penis yang besar dan panjang. Tapi hal itu belum membuatku merasa benar-benar senag karena aku belum mendapatkan bukti.
Hingga pada suatu waktu aku termenung karena memikirkan tentang penisku ini. Seharian itu aku hanya berdiam diri di kamar sehinnga mebuat bibi ku cemas dan mendatangiku.
“tok..tok..” terdengar suara ketukan berulang-ulang.
Aku buka pintu yang ternyata sudah ada bi heni yang menanti di depan pintu. Dia memang wanita baik, perhatian padaku, begtupun mang entis. Mereka menikah 23 tahun yang lalu ketika bi Heni berusia sekita 17 tahun, dan kini dia berusia 40 tahun dengan 3 anak. Tubuhnya aga gemuk, tapi tidak bontot, rambutnya ikal dan kulitnya kuning langsat.
“kenapa ed? Tanyanya
“ah nggak bi, edi cuman lagi diem aja. Ga kemana-mana bi?” tanyaku balik
“gmana bibi mau kemana-mana kalo melihat keponakan bibi melamun aja dikamar kaya yang lagi bingung!” jawabnya.
Aku Cuma tersenyum aja.
“kenapa kamu edei, cerita dong sama bibi”
“nggak bi, ga ada apa-apa” jawabku.
Bi Heni sepertinya tahu kalo aku memikirkan sesuatu yang menjadi beban pikiranku.
“bibi tahu kalo kamu mikirin sesuatu. Cerita aja sama bibi!” mintanya lagi
Akhirnya akupun mencoba menceritakan apa yang jd beban pikiranku selama ini, karena rasanya aku merasa nyaman dan percaya sama bi Heni ini. Dia pun mendengarkan curahan hatiku ini dengan serius dan seksama. Hampir setengah jam aku menceritakan perasaanku ini, sampai khirnya dia berkata.
“kamu itu  jangan malu atau bersedih dengan keadaan kamu seperti itu. Kamu harusnya bersyukur karena jarang loh yang punya ukuran seperti itu” katanya sambil tersenyum.
”iya bi makasih bi.” jawabku
“memang sih bibi juga suka merhatiin punya kamu, menonjol gitu, kayanya besar ya,?” tanyanya penuh arti
Aku hany diam saja. Kemudian tangan bi Heni menyentuh celanaku seraya berkata “ coba bibi lihat memang sebesar apa sih si ade nya?”
Aku kaget ketika dia menyentuh penisku dibalik celana. Tapi aku tidak langsung ejakulasi karena mungkin aku jarang berdekatan denagn wanita.
“kok ga berdiri di?” tany bibiku
“maksudnya gimana bi?”
“harusnya kan berdiri kalo terangsang sama wanita mah.” Katanya dengan logat bahasa sunda yang sangat kental.
Akupun tersenyum malu.
“coba kamu buka ya celananya! Ibu mau tutup pintunya dulu.” Perintahnya.
Aku bingung, tapi aku lakukan aja soalnya ini perintah bibiku. Sementara itu dia meutupa pintu rumah depan dan langsung masuk lagi ke kamarku.
“buka dong sama kolornya di!” perintahnya lagi.
Akupun buka aja semua hingga munculah burung gagak besar sedang teridur.
“wah apa nih, penis atau apa nih. Gede banget. Punya paman kamu aja kecil, mungkin setengahnya dari punya kamu edi!” katanya sembil terkagum.
Kemudian dia menyentuh dan mengelus-elus lagi penisku. Aku diam saja dengan apa yang dia lakukan tanpa terangsang sediktpun. Kemudian bibi memandanngku dan tersenyum tipis. Aku membalas senyumannya dan melihat kiri knana ke arah jendela karena takut ada teman yang mencariku. Bi Heni terus mengelus dan mengamati penisku penuh kekaguman.
“kok gak berdiri jg ya di!” tanyanya heran
Iya bi, edei gak tau” jawabku bingung.
“tapi kamu pernah ereksi kan?” tanyanya lagi.
“iya bi, waktu nonton video porno di lapto teman.”
Kemudian bi Heni mengehntikan kegiatannya mengamati penisku, dan bergerak kearah cermin dan entah apa yang mau dia lakukan disana, sementara aku disuruh menutup jendela dan mengunci pintu. Tiba-n tiba aku melihat dia tengah mebuka seluruh pakaiannya sampai telanjang, kemudian dia menutup dada dan bagian vitalnya dengan menggunakan sehelai kain tipis yang dia ambil di dalam lemari.  Aku disuruhnya duduk santai di kasur. Kemudian dia menari dengan pelan-pelan dengan menggerakan pinggul dan pantatnta. Sesekali dia mendekatkan pantatnya ke arah mukaku. Kemudian aku mulai merasa terangsang oleh permainannya.
Melihat penisku yang mulai berdiri, bibi tersenyum dan mendekatiku sambil berbisik “ ewe bibi ya!”
Aku jaget dan hanya diam mendengar omongan bibiku ini. Lalu bi Heni duduk di atas pahaku da membuaka perlahan kancing-kancing kemeja berikut kaos dalm yang aku kenakan. Dia menciumiku lalu memelukku sambil berbisik “gede banget di, ewe bibi ya sayang!”
Aku hanya tersenyum dan mulai berani membalas pelakuan bibiku ini.
“ayo dong ed, cumbu bibi!” seru bibiku lagi
“tapi aku takut mang entis bi?” jawabku.
“tenang aja. Mamang lagi mancing, pulangnya juga pling besok.”
Aku pun sedikit lega medengarnya, dan aku teruskan lagi permainan kami. Aku coba singkirkan kain yangmenutup dadanya. Lalu aku sentuh dan mulai remas payudaranya yang sudah tidak kencang lagi. Penisku memang besar sehingga mengganjal bibi yang duduk di pahaku. Bibiki terus menciumi kening dan leherku sambil menggesekkan selangkangannya ke penisku. Sementara itu aku meremas-remas pantatnya yang mulai kendur yang mungkin jarang diservis. Ku usap bulu-bulu bagian bawahnya dan dia hanya mengerang pelan. Aku muali menciumi bibirnya dan mengulum lidahnya.
“kamu pandai banget di,!” puji bibiku.
“bi, boleh aku masukin ga?” tanyaku malu
“ahhhhh...” jawabnya penuh gairah
Dia pun merubah posisi dan beranjak menuju ujung kasurku, dan meraihku memberi isarat agar aku menghampirinya. Akupun mendekatinya dan pelan-pelan menindihnya, sambil aku elus-elus rambut ikalnya penuh manja. Kami saling tersenyum manis penuh kenikmatan. Mantap banget menindih tubuh bibi yang besar.
Tiba-tiba....
“KRIIIING KRIIIIING” terdengar suara telpon dari saku celananya.
Kemudian kami menghentikan gerakan kami. Lalu bibi beranjak mengam,bil handphone dan mengangkat telpon yang rupanya dari mang entis. Aku sempet kaget, tapi bibi memberi isarat agar aku tenagn aja dan mengarahkan kembali tangannya ke arah vaginanya. Kemudian dia duduk di atasku sambil nelpon.
Aku sibuk mencumbu bibiku sementara dia asik nelpon suaminya. Tiba-tiba dia tanpa sadar mendesah “ahhhh”. Dan seketika mang entis bertanya “ kenapa hen?”
“ngga kang, memek heni sakit.” Jawab bibiku sambil tersenyum padaku.
“kamu ini ada-ada aja!” pamanku tertwa.
Aku terus memainkan tanganku di vagina dan payudara bibiku sampai akhirnya bibi menutup telpon dan berkat “udah dong cepet ewe bibi, dah g kuat nih.”
Lalu aku membaringkan bibi dan langsung ambil posisi menindihnya sambil mengarahkan penis raksasaku ke arah liang senggamanya. Susah sekali seperti memasukkan gajah ke liang semut, sampai-sampai aku merasa kesakitan. Tapi aku tidak menyerah apalgi ini pengalaman pertamaku seumur hidup. Bibi terus mengerah penuh rasa, sakit, geli, nikmat, semuanya bercampur dan mengakibatkan rangsangan kami semakin besar. Hampir 7 menit aku coba menerobos vaginanya dan sampai akhirnya denagan pelan-pelan aku berhasil menambatkan peluru ku ke gua surga bibiku ini. Beberapa menit kemudian aku berhasil memasukkan semua penisku. Bibi tak berdaya dan hanya bisa mengerang an mendesah. Aku kocokkan terus menerus selama 10 menit sampai akhirnya bibi orgamsme lebih dulu.
“di bibi uda di” serunya
Aku mengencankan gerakanku semakin cerpat dan semakin dalam. Dan semakin bibiku tak berdaya hanya bisa memelukku. Beberapa menit kemudian pelukannya mulai mengendor dan saat itu pula aku mendapatkan puncak kenikmatanku. Akusemburkan spermaku di dalam vaginanya dan terasa hangat nikamat. Ternyata tanpa aku sadari vagina bibiku mengeluarkan darah segar, mungkinkarena genjotan dan ukuran peisku luarbiasa.
“bibi, kenapa bi?maafin edi bi!” kataku agak cemas
“gak apa-apa sayang, bibi puas banget di” jawabnya sambil merangkulku dan menciumi dadaku.
Aku sangat senang banget dapat pengalaman luar biasa apalagi denagn bibiku yang montok ini.

BERSAMBUNG....

1 komentar: